(Sumber: Pinterest.com)
Penulis: Heflin Laurensia D.
Aku adalah bayi yang berasal dari embun, dibesarkan oleh senyum-senyum lembut para tua-tua, dalam 28 bulan cahaya yang kuharapkan. Aku memilih untuk merambat di air sungai yang paling ganas, berdoa agar arus jeram membawa ku pulang dengan kekuatan seperti karang. Namun, nasib berkata lain…
Aku terdampar di ngarai merah darah, mataku hanya ingin meraih air susu dari ibu, karena di tempat ini begitu tandus, karena jantungku hampir kembali ke rumah-Nya. Hingga ujung jempol kaki ku menekan bata dengan sekuat tenaga, aku menyerah, mencintai, berduka…
Bahwa derasnya arus bukanlah yang kuharapkan. Ibu, peluklah aku, ayah, aku adalah anakmu, tidak sekuat yang dulu…
Redaktur: Khaira Nazira