29.2 C
Jakarta
Friday, September 27, 2024
HomeTeknologiTeknologi AI Bisa Bikin Manusia Punah, Setara Ancaman Senjata Nuklir

Teknologi AI Bisa Bikin Manusia Punah, Setara Ancaman Senjata Nuklir

Date:

Berita Terkait

Prabowo Berkomitmen Meneruskan Fondasi Ekonomi yang Dibangun Jokowi dan Memberikan Jaminan bagi Investor

Menurut Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komaruddin,...

Korupsi Bantuan Beras CSR di Gresik, Tiga Perangkat Desa Roomo Ditahan

Tiga perangkat Desa Roomo, Kecamatan Manyar, Gresik, telah resmi...

VR46 Luncurkan Livery Khusus Bernuansa Indonesia di MotoGP Mandalika

Dengan dukungan dari Pertamina sebagai sponsor utama dan corak...

Prabowo Subianto Rapat Terakhir di DPR, Seluruh Fraksi Hadir dan Beri Doa

Jakarta - Beberapa fakta menarik terjadi pada rapat kerja...

Teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) dianggap dapat menyebabkan kepunahan manusia. Bahkan, ancaman dari AI dianggap setara dengan senjata nuklir, demikian diungkapkan dalam laporan yang diterbitkan oleh Pemerintah Amerika Serikat.

Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa teknologi AI generatif, yang merupakan bentuk lanjutan dari AI, memiliki potensi untuk mengganggu keamanan nasional. Mereka menyatakan bahwa munculnya AI dan Artificial General Intelligence (AGI) memiliki potensi mengganggu stabilitas keamanan global dengan cara yang sama dengan senjata nuklir.

AGI merupakan konsep teknologi yang mampu melakukan tugas-tugas setara dengan manusia, bahkan melebihinya. Pemimpin teknologi seperti CEO Meta Mark Zuckerberg dan CEO OpenAI Sam Altman telah menyatakan bahwa AGI adalah teknologi masa depan.

Meskipun teknologi tersebut belum ada dalam bentuk fisik saat ini, banyak ahli meyakini bahwa AGI akan menjadi kenyataan dalam waktu lima tahun ke depan, bahkan lebih cepat.

Laporan tersebut mendorong Pemerintah AS untuk segera bertindak dan mengambil langkah-langkah tegas untuk mengurangi risiko dari perkembangan AI yang semakin besar, terutama dalam hal ancaman terhadap keamanan nasional.

Penelitian ini dilakukan oleh tiga peneliti yang bekerja sama dengan Pemerintah AS selama setahun terakhir. Mereka juga melibatkan lebih dari 200 responden dari berbagai latar belakang, termasuk pejabat pemerintah, pakar, dan karyawan perusahaan teknologi terkemuka seperti OpenAI, Google DeepMind, Anthropic, dan Meta.

Source link

Berita Terbaru