23.8 C
Jakarta
Wednesday, February 19, 2025
HomeGaya HidupBerpakaian Berlebihan : Mahasiswa Terjebak Budaya Hedonisme

Berpakaian Berlebihan : Mahasiswa Terjebak Budaya Hedonisme

Date:

Berita Terkait

Cuaca Ekstrem hingga 19 Feb ’25: Penemuan dan Wawasan Top

Menurut data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG),...

Penemuan Menjanjikan: Putra Mahkota Arab Saudi Dicatut untuk Proyek Memecoin Palsu

Penipuan di dunia kripto semakin canggih, dengan para pelaku...

Terungkap: Penghuni Apartemen Mewah Tidak Berhak Subsidi Air

Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI...

Penipuan Investasi Kripto: Pengusaha Terancam Penjara 330 Tahun

Seorang pengusaha asal Las Vegas, Brent C Kovar (58)...

5 Merek Cokelat Favorit Indonesia: Penemuan Wawasan SEO

Cokelat telah menjadi camilan favorit di Indonesia, dengan beberapa...

Reporter : Fathur Ammar

Suara USU, Medan. Sebagai mahasiswa, tentu sering melihat teman-teman disekitar kita memakai pakaian yang modis dan glamor, bahkan mungkin kita sendiri juga sering memakainya. Mulai dari sepatu baru setiap hari, celana dan rok yang penuh kerlap kerlip sampai baju yang berwarna mencolok. Cara berpakaian yang terus mengikuti tren terkini itu adalah bentuk dari budaya hedonisme. Perilaku ini menjadikan seseorang untuk terus mengikuti kesenangan pribadi dengan memakai barang atau pakaian yang sebenarnya tidak memiliki manfaat terhadap kehidupannya.
Menurut KBBI, hedonisme adalah pandangan yang menganggap bahwa setiap kesenangan dan kenikmatan dalam bentuk materi merupakan tujuan utama dalam hidup seseorang. Kata hedonisme berasal dari bahasa Yunani yaitu hedone yang berarti kesenangan. Mungkin sebagian orang tidak merasa bahkan marah ketika dikatakan bahwa gaya berpakaiannya berlebihan. Biasanya mereka menjadikan hak pribadi sebagai alasan untuk berpakaian seperti budaya hedonisme dan menganggap orang yang tidak berpakaian sepertinya adalah orang yang kampungan dan ketinggalan zaman.
Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan kenapa seseorang berpakaian hedon. Pertama dari faktor internal, yaitu berasal dari mahasiswa itu sendiri. Dalam menghadapi rutinitas perkuliahan yang membosankan biasanya mahasiswa memberikan self reward kepada diri sendiri dengan membeli pakaian untuk rekreasi dan bersenang-senang. Membeli dan memakai pakaian hanya karena lucu dan tidak mempertimbangkan aspek keberfungsianya. Sebenarnya, tidak salah untuk memberikan penghargaan kepada diri sendiri karena telah menyelesaikan suatu hal atau prestasi dalam perkuliahan, akan tetapi hal tersebut menjadi salah apabila dilakukan secara berlebihan.
Selanjutnya ada faktor eksternal, yaitu berupa pengaruh dari teman sebaya yang juga berpakaian mengikuti budaya hedonisme. Untuk memenuhi ekspektasi sosial, ia terpaksa untuk mengikuti tren terkini yang ditampilkan di media sosial . Orang yang dibesarkan di keluarga yang berkecukupan dan hidup mewah juga bisa mendorong perilaku budaya hedonisme dalam diri mereka. Faktor lingkungan yang elite dan selalu mementingkan penampilan membuat seseorang terbiasa berpakaian berlebihan dan melakukannya untuk mendapatkan tempat dan posisi dalam masyarakat. Ditambah dengan banyaknya opsi berbelanja secara daring, mahasiswa pun dengan mudah membeli pakaian.
Ada baiknya mahasiswa kembali menyeimbangkan antara kuliah dan keinginan semata. Kampus sebagai fasilitas pendidikan harusnya dijadikan ajang adu pikiran bukan penampilan. Apabila mahasiswa terus menerus mengejar tren, maka akan berdampak pada kesehatan mental dan menjadi masalah baru di aktivitas perkuliahan. Seharusnya sebagai seorang yang terpelajar kita tidak mudah untuk terbawa arus dan bijaksana terhadap apa yang dibutuhkan. Untuk menghindari budaya hedonisme, mahasiswa dapat membuat daftar kebutuhan lalu mengurutkannya berdasarkan skala prioritas. Jangan biarkan diri kita terjebak dalam perilaku hedonisme ya, Sobat Suara USU!

Redaktur : Khalda Mahirah Panggabean

Source link

Berita Terbaru