Sampah plastik di perairan adalah masalah lingkungan yang mendesak dan semakin mendapat perhatian global. Meskipun plastik memberikan manfaat bagi peradaban modern, dampaknya terhadap ekosistem alam, khususnya perairan, sangat mengkhawatirkan. Setiap tahun, lebih dari 8 juta ton plastik mencemari lautan, sungai, dan danau di seluruh dunia, terutama berasal dari sampah sekali pakai dan pembuangan sembarangan. Hal ini mengancam kehidupan hewan laut dan mencemari rantai makanan manusia melalui mikroplastik. Oleh karena itu, penanganan sampah plastik di perairan bukan lagi masalah lokal, tetapi menjadi krisis lingkungan global yang memerlukan tindakan segera.
Dampak dari sampah plastik sangat merusak lingkungan. Hewan laut rentan terhadap plastik yang dapat menyebabkan cedera, kelaparan, atau kematian. Selain itu, mikroplastik dapat meracuni organisme laut dan memasuki rantai makanan manusia. Sampah plastik berasal dari berbagai sumber, seperti kebiasaan membuang sampah sembarangan dan kebocoran dalam sistem pengelolaan sampah. Mikroplastik, yang berukuran sangat kecil, sulit ditangani dan telah menyebar ke seluruh perairan dunia, membahayakan keberagaman hayati dan ekosistem laut.
Untuk mengatasi masalah ini, berbagai upaya telah dilakukan secara global. Beberapa negara menerapkan larangan atau pembatasan terhadap plastik sekali pakai, sementara yang lain fokus pada peningkatan pengelolaan sampah. Kampanye edukasi juga penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya sampah plastik dan pentingnya penggunaan alternatif ramah lingkungan. Selain itu, perjanjian internasional seperti Konvensi Basel telah membantu mengatur aliran sampah plastik antarnegara untuk mencegah pencemaran lebih lanjut. Dengan kerjasama global dan langkah-langkah konkret, diharapkan masalah sampah plastik di perairan dapat diminimalisir untuk menjaga kelestarian ekosistem dan kesehatan manusia.