Sebagai mahasiswa Universitas Sumatera Utara, saya melakukan kegiatan observasi di Kolam Resistensi USU untuk menyelidiki kondisi air di dalamnya. Meskipun kolam retensi telah dibangun untuk mengurangi risiko banjir di sekitar Jalan Dr. Mansyur, genangan air masih terjadi setelah hujan. Hal ini memunculkan pertanyaan tentang efektivitas kolam retensi dan langkah apa yang perlu diambil untuk mengatasi banjir secara menyeluruh. Melalui hasil observasi dan wawancara, kami mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan USU, mencari solusi efektif berdasarkan teori manajemen sumber daya air.
Kolam retensi di USU telah beroperasi sejak tahun 2024, namun banjir belum sepenuhnya teratasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi hal ini antara lain proyek pembangunan jembatan yang belum selesai, tingginya intensitas hujan, dan urbanisasi yang memperburuk sistem drainase. Dalam konteks teori Integrated Water Resources Management (IWRM), penanganan banjir memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan semua pihak terkait. Selain infrastruktur fisik seperti kolam retensi, regulasi penggunaan lahan dan edukasi lingkungan juga penting.
Intensitas hujan yang meningkat akibat perubahan iklim dan urbanisasi cepat di sekitar USU menyumbang pada masalah banjir. Untuk mengatasinya, perlu tindakan komprehensif seperti menyelesaikan proyek infrastruktur yang tertunda, memperbaiki sistem drainase, dan meningkatkan kesadaran masyarakat. Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat dalam menerapkan IWRM menjadi kunci dalam menyelesaikan masalah banjir. Jika langkah-langkah ini tidak diambil, banjir akan tetap menjadi ancaman di sekitar USU.