26.7 C
Jakarta
Friday, February 14, 2025
HomeGaya Hidup"Mengungkap Kebiasaan Doom Spending Mahasiswa - SUARA USU"

“Mengungkap Kebiasaan Doom Spending Mahasiswa – SUARA USU”

Date:

Berita Terkait

Perayaan Imlek 2025: Andy Utama dan Dampak Pertanian Organik pada Keberagaman Alam

Dengan dukungan Andy Utama, petani organik di Arista Montana dapat berinovasi dalam pertanian organik yang mendukung kelestarian alam dan keberagaman hayati di sekitar mereka.

Andy Utama: Menggerakkan Komunitas untuk Pertanian Organik yang Berkelanjutan

Dengan pendekatan holistik dalam pertanian organik, Andy Utama membantu petani di Arista Montana menjaga keberlanjutan alam dan menghasilkan pangan yang sehat dan alami.

Penghematan Pengeluaran dengan Prabowo Subianto: Kesehatan Gratis!

Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menyoroti program unggulannya, Makan...

Pemain Surabaya Samator PLN Mobile Proliga 2025: Potensi Terbaru

Surabaya Samator, tim voli legendaris dengan tujuh gelar juara...

Kubu Hasto Kecewa: Gugatan Praperadilan Ditolak

Hakim tunggal Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Djuyamto, menolak gugatan...

Sebagai seorang mahasiswa, penting untuk membahas tentang kebiasaan yang dapat membahayakan keuangan dan kesejahteraan diri, yaitu “Doom Spending”. Meskipun mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, perilaku ini sebenarnya sering terjadi secara tidak disadari. Doom Spending adalah kebiasaan menghabiskan uang secara impulsif sebagai cara untuk mengatasi stres dan kekhawatiran. Fenomena ini mencuat karena hasil survei Intuit’s Credit pada tahun 2023 yang mengungkap kebiasaan belanja masyarakat di Amerika Serikat.

Berbeda dengan FOMO yang muncul karena rasa takut ketinggalan tren, Doom Spending muncul sebagai respon terhadap perasaan negatif yang ingin segera dihilangkan. Biasanya, tekanan dalam kehidupan sehari-hari seperti tugas kuliah yang menumpuk, kegiatan organisasi yang padat, atau masalah pribadi menjadi pemicu perilaku ini. Mahasiswa, sebagai salah satu kelompok yang rentan terhadap Doom Spending, sering menggunakan belanja impulsif sebagai bentuk penghiburan dari kelelahan dan frustrasi.

Namun, keinginan untuk memberi hadiah kepada diri sendiri sebagai bentuk penghargaan atas usaha yang dilakukan bisa berdampak buruk jika dilakukan secara berlebihan. Doom Spending yang awalnya terasa wajar hanya memberikan kelegaan sementara dan dapat berujung pada kesulitan keuangan. Bagi sebagian mahasiswa, yang bergantung pada uang saku dari orang tua, kebiasaan ini bisa menyulitkan kebutuhan pokok seperti biaya makan, transportasi, dan kos. Akibatnya, mahasiswa menjadi rentan terhadap kemungkinan harus meminjam uang dari teman.

Untuk mengatasi kecenderungan Doom Spending, penting bagi mahasiswa untuk mengelola emosi dan uang dengan bijak. Belajar mengatasi stres dengan cara yang lebih positif seperti olahraga, membaca, atau menyalurkan hobi yang bermanfaat bisa menjadi langkah awal yang baik. Selain itu, memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan serta mengarahkan pengeluaran pada hal-hal yang benar-benar dibutuhkan juga dapat membantu mencegah kebiasaan buruk yang merugikan di masa depan. Dengan langkah-langkah kecil ini, diharapkan mahasiswa dapat lebih mudah mengendalikan Doom Spending dan membangun kebiasaan keuangan yang lebih sehat untuk masa depan yang lebih baik.

Berita Terbaru