Braindrain adalah fenomena di mana individu dengan kecerdasan tinggi merasa bahwa kehidupan di tempat lain lebih layak dan menggiurkan, sehingga memutuskan untuk pindah. Hal ini mengakibatkan daerah asal mereka kekurangan sumber daya manusia berkualitas untuk mengembangkan infrastruktur dan pembangunan. Contoh kasus yang sering diketahui oleh banyak orang adalah kisah B.J. Habibie, seorang teknokrat dan politisi Indonesia yang kemampuannya dalam merancang struktur pesawat diakui tidak hanya oleh Indonesia tetapi juga oleh Jerman. Kepulangannya ke Indonesia dipicu oleh bujukan dari duta besar RI untuk Jerman Barat saat itu, menunjukkan dampak positif dari upaya untuk membalikkan braindrain. Di Sumatera Utara, kesadaran akan masalah ini sudah lama ada namun belum diikuti oleh kebijakan yang efektif untuk mencegah kaum muda meninggalkan daerah mereka. Faktor-faktor seperti keadaan politik yang tidak stabil, korupsi, dan kurangnya kesempatan membuat mereka lebih memilih untuk merantau dan tidak kembali. Pemerintah perlu mengkaji lebih dalam masalah ini dan mencari solusi agar intelektual muda di Indonesia tidak kehilangan ikatan dengan tanah air mereka. Melalui sinergi dan upaya bersama, kita dapat meminimalisir dampak braindrain dan membangun Indonesia yang lebih baik untuk masa depan.