Mahasiswa di era revolusi industri 4.0 memiliki keberuntungan dan tantangan tersendiri. Dengan kehadiran internet sebagai sarana pembelajaran, mahasiswa generasi Z saat ini lebih dimudahkan. Namun, risiko juga mengintai jika teknologi ini tidak dimanfaatkan dengan baik. Diperlukan kecakapan karakter dan kedewasaan psikologi untuk menghadapi situasi ini agar tidak menimbulkan paradoks.
Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) adalah sebuah teknologi yang dirancang untuk dapat memprogram dengan kualitas hampir sama persis seperti pemikiran manusia, namun dengan kecepatan dan efisiensi yang jauh lebih tinggi. Penggunaan AI sudah tidak asing lagi di kalangan mahasiswa dalam mengerjakan tugas dan proyek kuliah. Namun, terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah mahasiswa menggunakan AI. Sebelum AI, mahasiswa diharuskan untuk mengolah dan menganalisa informasi secara mandiri, sehingga kemampuan berpikir kritis terlatih dengan baik. Namun, dengan kehadiran AI yang menyajikan segala sesuatu secara instan, mahasiswa cenderung bergantung padanya dan kehilangan kemampuan berpikir kritis.
Ketergantungan terhadap AI tidak hanya berdampak di lingkungan kampus, tetapi juga pada masa depan sumber daya manusia Indonesia. Negara-negara maju memprogram generasi muda mereka untuk melakukan riset dan kajian berkualitas tinggi agar terus dapat beradaptasi dengan zaman. Indonesia harus mampu bersaing dengan negara-negara tersebut. Sebagai alat bantu, AI seharusnya membantu mahasiswa merumuskan ide dan pikiran mereka secara terstruktur, bukan menggantikan kemampuan berpikir. Hal ini penting untuk menghindari ketergantungan pada AI yang dapat memicu ketergantungan pada hal lainnya. Kecerdasan buatan adalah ciptaan manusia yang seharusnya digunakan sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti otak.