26.5 C
Jakarta
Sunday, February 9, 2025
HomeTravelPanduan Perjalanan Borobudur 48 Jam: Tips & Trik Terbaik

Panduan Perjalanan Borobudur 48 Jam: Tips & Trik Terbaik

Date:

Berita Terkait

Dorong Jurnalisme Berkualitas: Penemuan dan Wawasan Menjanjikan

Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM) memberikan...

Razia Balap Liar: Penemuan Motor Menjanjikan di Pamekasan

Pamekasan - Sebanyak 58 unit kendaraan bermotor roda dua...

Rahasia Kejayaan Nike: Perjalanan Menuju Puncak

Industri brand olahraga tak lepas dari Nike, brand ternama...

Valentino Rossi Puji Kepindahan Lewis Hamilton: Sorot Positif!

Valentino Rossi Menyambut Kedatangan Lewis Hamilton di Scuderia Ferrari Valentino...

Prabowo Dorong Koperasi Kejar BUMN dan BUMS

Wakil Menteri Koperasi Ferry Juliantono menyampaikan pentingnya penegakan kembali...

Candi Borobudur, candi Buddha terbesar di dunia, selalu menarik minat banyak orang. Setelah beberapa perubahan aturan dan harga tiket masuk yang kontroversial, saya memutuskan untuk mengunjungi candi tersebut kembali. Perjalanan dilakukan dari Jakarta ke bandara Yogyakarta International Airport, diikuti dengan perjalanan satu jam menuju Magelang, kota tempat Candi Borobudur berada.

Kunjungan kali ini tidak hanya fokus pada mengagumi keindahan Candi Borobudur, tetapi juga untuk menggali kehidupan dan keunikan budaya desa sekitarnya. Pagi hari adalah waktu terbaik untuk mengunjungi candi tersebut, karena cahaya matahari pagi menyentuh relief kuno candi dengan lembut. Dibangun dari jutaan batu andesit, Borobudur merupakan struktur monumental yang mampu bertahan dari bencana alam. Disambut oleh pemandangan pegunungan yang memukau di sekitarnya, pengalaman berada di puncak candi sangat memukau.

Selain itu, saya juga mengunjungi desa-desa sekitar Candi Borobudur, salah satunya adalah Desa Wanurejo, tempat produksi sandal upanat yang dikenakan oleh pengunjung untuk melindungi candi. Di desa tersebut, saya juga mengunjungi Limanjawi Art House, sebuah galeri seni yang menampilkan karya seniman Indonesia dan bercerita tentang kekayaan seni di sekitar Borobudur.

Pada hari kedua, saya mengunjungi Ruang Baca Melek Huruf di Desa Candirejo, sebuah ruang baca yang berisi koleksi buku dari pemiliknya, Cristian Rahadiansyah dan Nina Hidayat. Perpustakaan ini menjadi tempat oase bagi para pencinta literatur, di tengah suasana spiritual dan pesona alam di sekitar Magelang. Aktivitas lain yang saya lakukan adalah mengikuti Borobudur Sunrise Cycling Tour untuk mengeksplorasi desa-desa sekitar Candi Borobudur.

Selain itu, saya juga mencicipi kuliner lokal di Caping Resto Borobudur, yang menyajikan hidangan khas Jawa Tengah seperti Ayam Ingkung. Restoran ini memiliki desain tradisional Jawa dengan sentuhan bambu yang terinspirasi dari kerajinan bambu di desa sekitarnya. Pengalaman kuliner di tengah sawah ini sungguh menyegarkan.

Kunjungan saya ke Candi Borobudur dan sekitarnya tidak hanya memperkaya pengetahuan akan budaya dan sejarah, tetapi juga memberikan pengalaman yang memuaskan secara visual dan kuliner. Semua ini menjadi pengalaman yang tidak terlupakan dan menginspirasi untuk menjelajahi destinasi wisata yang berbeda di masa depan.

Berita Terbaru