Grup Lazarus, yang diketahui terkait dengan Biro Umum Pengintaian Korea Utara, disebut-sebut telah menggunakan taktik canggih dalam pembobolan sistem bursa kripto Bybit. Temuan ini didasarkan pada riset yang dilakukan oleh penyelidik blockchain bernama ZachXBT. Kelompok Lazarus diyakini telah melakukan transaksi uji secara hati-hati untuk mengeksplorasi kerentanan, dengan cara memalsukan tanda tangan transaksi palsu dan melakukan pembajakan terhadap dompet ethereum di bursa Bybit selama proses transfer standar. Kemampuan Lazarus untuk melewati lapisan keamanan yang ketat, kemungkinan melalui kunci pribadi yang telah disusupi atau melalui metode phishing, menyoroti kemahiran teknis dan keterampilan adaptasi yang dalam dimiliki oleh kelompok ini dalam memanfaatkan infrastruktur kripto. Tak hanya itu, cara pencucian uang yang mereka gunakan juga tergolong canggih, di mana setelah berhasil mencuri dana, kelompok Lazarus dengan cepat menyebarkan uang tersebut melalui pencampuran mata uang kripto dan bursa terdesentralisasi. Tindakan ini bertujuan untuk memecah jalur transaksi guna menghindari deteksi. Salah satu taktik yang mereka gunakan adalah “chain-hopping”, yaitu mengubah aset blockchain menjadi koin berbeda, yang merupakan strategi yang sempurna dalam serangan sebelumnya. Metode ini mirip dengan yang digunakan dalam insiden Jaringan Ronin 2022 yang berhasil mencuri USD 600 juta dan pencurian Jembatan Harmony Horizon tahun 2023 dengan hasil USD 100 juta. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok Lazarus terus meningkatkan kemampuan mereka dalam dunia kejahatan maya selama bertahun-tahun.