Setelah berakhirnya Perang Dunia II dan Perang Dingin, dunia mengalami perubahan signifikan dalam tatanan geopolitik. Saat ini, pertanyaan muncul apakah G20 yang didirikan pada tahun 2008 masih relevan dan bagaimana masa depan bagi G7 dan BRICS. Saat ini, Indonesia telah resmi menjadi anggota BRICS dan harus siap menghadapi perubahan besar ini. Hal ini disampaikan oleh SBY dalam acara yang berjudul “Masa Depan Multilateralisme di Tengah Ketidakpastian Ekonomi-Politik dan Keamanan Global” di Universitas Paramadina Kuningan. SBY menyoroti peran tiga pemimpin dunia utama saat ini, yakni Presiden Xi Jinping, Vladimir Putin, dan Donald Trump, yang memiliki pengaruh besar dalam geopolitik global berdasarkan kekuatan ekonomi, militer, dan teknologi mereka.
Selain itu, muncul perdebatan mengenai kelanjutan multilateralisme, terutama dengan kebijakan ‘America First’ oleh Presiden Trump dan pergeseran hubungan AS dengan Rusia dan China. Penggunaan hak veto oleh lima negara besar di PBB semakin dipertanyakan, karena hanya sedikit negara yang berpengaruh pada keputusan global. Peran lembaga internasional seperti Bretton Woods, IMF, World Bank, dan WTO juga terancam oleh perubahan besar dalam tatanan ekonomi global.
Di tengah ketidakpastian ini, ASEAN sebagai organisasi regional harus diperkuat dan Indonesia, sebagai anggota BRICS, harus memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas di kawasan Asia Tenggara. Rektor Universitas Paramadina, Prof. Didik J. Rachbini, menyambut kehadiran SBY dalam forum akademik ini dengan bangga dan mengingat masa kepemimpinan SBY sebagai Presiden yang berkesan.