Ketika Kenaikan Tarif Trump Mengguncang Pasar Keuangan Global
Keputusan Presiden Trump untuk menaikkan tarif masuk telah menciptakan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar. Pasar mulai khawatir tentang dampaknya terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Data terbaru menunjukkan tambahan tenaga kerja yang kurang dari perkiraan, memperkuat kekhawatiran tersebut. Selain itu, kritik terhadap kebijakan Trump semakin keras, dengan pemimpin The Fed Jerome Powell bahkan menyatakan menunggu kejelasan sebelum mengambil langkah selanjutnya terkait suku bunga.
Hal ini membuat pelaku pasar merasa tidak pasti mengenai prospek perekonomian AS, yang berdampak pada nilai tukar Dolar AS yang melemah. Meskipun demikian, laporan deflasi dari China juga mempengaruhi sentimen pasar di Asia, menimbulkan suasana pesimistis. Sebagian besar mata uang Asia melemah, kecuali Peso Filipina yang bertahan positif namun dalam kisaran terbatas.
Rupiah juga terkena imbas dari kondisi pasar global ini, dengan nilai yang terus berada di kisaran sempit dan akhirnya berada dalam zona merah. Kurangnya sentimen domestik membuat Rupiah tergantung pada situasi eksternal, sulit untuk melakukan pergerakan tajam. Situasi di Asia secara keseluruhan menunjukkan mata uang kesulitan untuk menguat, termasuk Rupiah yang terpantau melemah hingga kisaran Rp16.335 per Dolar AS. Kondisi ini menegaskan bahwa pasar keuangan global sedang menghadapi ketidakpastian yang menyulitkan pelaku pasar.