Bitcoin mengalami kenaikan hampir 4% setelah the Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga dalam kisaran 4,25% hingga 4,5%. Saat ini, Bitcoin diperdagangkan di sekitar USD 85.000 atau setara Rp 1,40 miliar (asumsi kurs Rp 16.530 per dolar AS) mendekati angka psikologis USD 90.000. Meskipun The Fed tidak langsung memangkas suku bunga, mereka tetap mengindikasikan kemungkinan dua kali pemangkasan pada tahun 2025, memberikan sinyal yang beragam bagi aset berisiko seperti Bitcoin.
Pasar sudah memperkirakan kemungkinan kecil adanya kenaikan suku bunga dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pekan ini. Namun, investor tetap mencermati perkembangan inflasi dan pertumbuhan ekonomi. The Fed juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS untuk 2025 menjadi 1,7%, turun 0,4% dari perkiraan sebelumnya yang dibuat pada Desember, mengindikasikan kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi.
Ekspektasi inflasi yang meningkat membuat The Fed semakin berhati-hati dalam mengambil langkah kebijakan. Bank sentral AS juga mengumumkan perlambatan lebih lanjut dalam kebijakan “pengetatan kuantitatif,” yang berarti mereka akan lebih lambat dalam mengurangi kepemilikan obligasi. Meskipun keputusan ini menunjukkan sikap yang lebih lunak (dovish), beberapa analis menilai hal itu belum cukup untuk mendorong reli besar dalam harga Bitcoin.
Pasar saham merespons keputusan The Fed dengan optimisme. Indeks Dow Jones Industrial Average naik 300 poin atau 0,7%, S&P 500 naik 1%, dan Nasdaq Composite memimpin kenaikan dengan lonjakan 1,4%. Analis kripto dari 21Shares, Matt Mena mengatakan jika inflasi terus menurun, The Fed mungkin akan mempercepat pemangkasan suku bunga. Penurunan inflasi dapat mendorong The Fed untuk mempercepat penurunan suku bunga, yang biasanya menyediakan lebih banyak likuiditas ke pasar, sehingga meningkatkan harga Bitcoin dan aset berisiko lainnya.