Kelompok Hamas telah memberikan tanggapannya terhadap usulan gencatan senjata terbaru dari Amerika Serikat. Dalam pernyataannya, Hamas menyatakan kesiapannya untuk membebaskan 10 sandera Israel yang masih hidup serta jenazah 18 lainnya dalam pertukaran dengan sejumlah tahanan Palestina. Namun, Hamas juga mengajukan beberapa perubahan terhadap isi proposal yang diajukan. Mereka menekankan tuntutan utama mereka, yaitu gencatan senjata permanen, penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza, dan jaminan kelancaran aliran bantuan kemanusiaan. Permintaan ini tidak tercakup dalam draft usulan yang saat ini diajukan oleh AS.
Hamas, yang dikategorikan sebagai organisasi teroris oleh AS, Inggris, dan Uni Eropa, tetap pada pendiriannya untuk menuntut gencatan senjata total dan penarikan pasukan Israel secara menyeluruh dari Gaza. Mereka juga menuntut kelancaran bantuan kemanusiaan tanpa hambatan serta menyatakan kesiapan mereka untuk membebaskan 10 sandera hidup dan menyerahkan jenazah 18 lainnya sebagai imbalan atas tahanan Palestina yang disepakati. Saat ini, Hamas berada dalam posisi sulit politik dan militer dengan tekanan besar dari masyarakat Gaza dan para mediator.
Hamas tidak dengan mudah menerima proposal AS yang dianggap kurang menguntungkan. Sebagai respons, Hamas tidak langsung menerima atau menolak, melainkan menawarkan usulan baru sebagai balasan. Proposal AS mencakup gencatan senjata sementara, pembebasan sandera Israel, pembebasan tahanan Palestina, dan penyaluran bantuan kemanusiaan. Proposal ini telah disetujui oleh Israel sebelum disampaikan kepada Hamas. Namun, tidak ada indikasi bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersedia menegosiasikan lagi syarat-syarat yang diminta oleh Hamas.
Menteri Pertahanan Israel menyatakan bahwa Hamas harus menerima persyaratan kesepakatan atau siap dihancurkan. Hamas sebelumnya mencapai kesepakatan awal dengan utusan AS mengenai proposal yang dapat diterima untuk dinegosiasikan, tetapi Israel menolak ketentuan tersebut. Di tengah konflik, serangan Israel di Gaza terus berlanjut dengan korban warga sipil yang bertambah. Kampanye militer Israel dimulai setelah serangan Hamas yang menewaskan warga Israel dan menyebabkan sejumlah korban dari kedua belah pihak. Situasi tersebut semakin memburuk sehingga memerlukan negosiasi yang cermat untuk mencapai gencatan senjata yang berkelanjutan.