Hoarding disorder merupakan gangguan mental yang membuat seseorang sulit untuk membuang barang yang tidak lagi berguna, bahkan ketika benda tersebut tidak berguna. Penting untuk dapat mengidentifikasi kapan perilaku menumpuk ini termasuk dalam gangguan hoarding agar penanganan yang tepat bisa diberikan sejak dini. Proses diagnosis hoarding disorder dilakukan dengan melakukan anamnesis untuk mengetahui riwayat kesehatan pasien serta kebiasaan menyimpan barang. Dokter juga akan membandingkan gejala yang dialami pasien dengan kriteria hoarding disorder menurut DSM-5 untuk memastikan diagnosis yang tepat.
Penderita hoarding disorder cenderung sulit untuk membuang barang yang sudah tidak terpakai dengan dorongan kuat untuk terus menyimpan dan menumpuk barang. Rumah tempat tinggal penderita biasanya dipenuhi barang hingga berpotensi membahayakan keselamatan atau kesehatan, dan kebiasaan menumpuk barang tidak disebabkan oleh gangguan kesehatan lain. Perbedaan mendasar antara kebiasaan menyimpan barang biasa dengan hoarding disorder adalah ketika tumpukan barang tersebut mengganggu aktivitas sehari-hari, membuat ruang terbatas, dan menurunkan kualitas hidup penderita serta orang di sekitarnya. Hoarding disorder tidak sama dengan sekadar mengoleksi barang, karena koleksi biasanya disusun rapi dan terorganisir untuk mempercantik atau memperindah ruangan tanpa mengganggu aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, mengetahui tanda-tanda awal seseorang mengalami hoarding disorder sangat penting untuk dapat memberikan bantuan dan penanganan yang tepat.
