Pemerintah telah membuka anggaran sebesar Rp 86,6 triliun yang sebelumnya diblokir dari 99 kementerian/lembaga pada akhir April 2025. Keputusan ini mendapat tanggapan positif dari Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta, Deddy Pranowo Eryono. Blokir anggaran dilakukan sebagai bagian dari kebijakan efisiensi anggaran yang ditetapkan melalui Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025. Salah satu dampak dari blokir anggaran adalah penurunan aktivitas MICE (Meeting, Incentive, Convention, dan Exhibition) di kalangan birokrasi pemerintah yang berdampak pada sektor perhotelan.
Deddy berharap pembukaan blokir anggaran tersebut akan membantu memulihkan sektor MICE perhotelan yang terdampak. Sebagai sektor yang dianggap sebagai nyawa operasional perhotelan, MICE memiliki peran penting dalam meningkatkan tingkat keterisian kamar dan aktivitas di hotel. Namun, sejak dilakukan efisiensi anggaran, aktivitas MICE mengalami penurunan drastis yang berdampak pada hotel berbintang maupun non bintang.
Meskipun demikian, Deddy menyadari bahwa dibutuhkan proses agar dampak dari pembukaan anggaran dapat segera dirasakan oleh industri perhotelan. Pelaku perhotelan di Yogyakarta mulai melakukan persiapan mengingat penurunan okupansi selama beberapa bulan terakhir telah berdampak pada karyawan hotel. Harapannya, dengan kembali berjalannya aktivitas MICE, karyawan yang terdampak dapat dipanggil kembali.
PHRI DIY berharap pemerintah daerah dan kementerian/lembaga segera merespon pembukaan blokir anggaran tersebut dengan menyusun rencana belanja dan reservasi di perhotelan. Dari data PHRI, okupansi hotel di Yogyakarta mulai meningkat menuju 50 persen pada Mei 2025, ditargetkan bisa mencapai 80 persen. Sebelumnya, PHRI juga mencatat penurunan okupansi hotel akibat kebijakan efisiensi anggaran yang berdampak pada industri perhotelan dan restoran di Yogyakarta.
Kepala Dinas Pariwisata DIY, Imam Pratanadi, mengakui bahwa efisiensi anggaran memiliki dampak besar bagi sektor pariwisata. Pemda DIY sedang berupaya mencari solusi agar sektor pariwisata tetap bergerak dan fokus pada optimalisasi event-event wisata untuk menarik lebih banyak wisatawan. Seiring dengan upaya pemerintah pusat membuka anggaran, harapan industri perhotelan Yogyakarta semakin meningkat untuk pulih dari dampak penurunan aktivitas MICE akibat efisiensi anggaran.