Thailand meningkatkan pemeriksaan di perbatasan darat dengan Kamboja, termasuk membatasi kunjungan wisatawan ke negara tersebut. Hal ini dilakukan di tengah ketegangan yang meningkat karena sengketa perbatasan antara kedua negara. Setelah konfrontasi bersenjata pada tanggal 28 Mei 2025, hubungan antara Thailand dan Kamboja semakin memburuk. Meskipun berusaha meredakan sengketa, tindakan yang terus-menerus mempertahankan ketegangan.
Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, mengumumkan peningkatan pemeriksaan di perbatasan darat dan melarang wisatawan untuk perjalanan ke Kamboja, kecuali untuk pelajar, pasien medis, dan individu dengan keperluan esensial lainnya. Langkah ini ditujukan untuk membatasi orang-orang yang mengunjungi kasino di Kamboja. Pembatasan ini juga termasuk larangan penerbangan dari Thailand ke Siem Reap, kota resor populer di Kamboja yang terkenal dengan Angkor Wat.
Militer Thailand telah menerapkan tindakan di setiap pos pemeriksaan perbatasan darat antara kedua negara, dengan menghentikan semua penyeberangan kecuali bagi orang-orang dengan kebutuhan esensial. Selain respons politik, pembatasan ini juga bertujuan untuk menindak operasi ilegal yang berpusat di Kamboja, terutama terkait dengan penipuan daring yang merupakan ancaman terhadap keamanan nasional.
Kantor Luar Negeri Inggris telah mengeluarkan peringatan perjalanan, terutama di daerah perbatasan, seperti kuil Preah Vihear, kuil Ta Kwai, dan kuil Ta Muen Thom di Kamboja. Para wisatawan diminta untuk waspada dan mengikuti petunjuk otoritas setempat. Dalam konteks ini, Kamboja telah memberlakukan pembatasan layanan internet Thailand dan memblokir pasokan listrik dan bahan bakar sebagai respons terhadap sengketa perbatasan. Upaya Thailand untuk menegakkan keamanan perbatasan dan menanggulangi operasi penipuan melintasi wilayahnya terus berlanjut.
