Israel telah menutup akses masuk ke Gaza bagian utara, membayangi distribusi bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan di wilayah tersebut. Tindakan ini dilakukan di tengah serangan udara dan penembakan yang mengakibatkan kematian puluhan warga Palestina. Respon internasional terhadap tindakan Israel semakin meningkat, terutama setelah fokus global kembali ke krisis kemanusiaan di Gaza setelah konflik singkat dengan Iran. Situasi di Gaza semakin mengerikan, dengan laporan korban sipil yang tinggi, blokade bantuan, dan indikasi pelanggaran hak asasi manusia. Hal ini memicu respons keras dari beberapa pemimpin Eropa, termasuk Perdana Menteri Spanyol, yang menyebutnya sebagai “genosida”.
Di tengah kekurangan pangan yang semakin parah, Israel telah menutup titik masuk utama ke Gaza utara, Zikim, dengan alasan mencegah Hamas menyita bantuan. Namun, langkah ini dipandang sebagai sangat bermasalah oleh organisasi kemanusiaan karena menghambat penyaluran bantuan ke warga yang membutuhkan. Selain itu, distribusi bantuan kini terfokus di wilayah tengah dan selatan Gaza, sementara warga di Gaza utara masih terpinggirkan. Keadaan medis di Gaza semakin kritis, dengan sebagian besar rumah sakit yang tidak berfungsi dan kurangnya pasokan medis yang memadai.
Meskipun Presiden AS mencatat kemajuan dalam negosiasi gencatan senjata, baik Israel maupun Hamas menegaskan belum ada kesepakatan final. Dalam situasi ini, tekanan internasional dan domestik semakin meningkat, sementara Perdana Menteri Israel dihadapkan pada desakan untuk mengakhiri konflik tersebut yang berdampak buruk bagi rakyat sipil di kedua sisi. Perang di Gaza telah menyebabkan ribuan korban jiwa, mayoritas adalah warga sipil, dan menimbulkan penderitaan yang tak terhitung jumlahnya. Semua pihak diharapkan segera menemukan solusi damai untuk mengakhiri kekerasan dan penderitaan ini.