Anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap infeksi dengue atau demam berdarah. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa kasus DBD di Indonesia terus meningkat, dengan lebih dari 56.000 kasus dan 250 kematian hanya dalam waktu Januari hingga Mei 2025. Kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Denpasar, Makassar, dan Medan menjadi area dengan tingkat endemisitas yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh kepadatan penduduk dan kondisi lingkungan yang mendukung perkembangan nyamuk Aedes aegypti.
Profesor Eggi Arguni dari Universitas Gadjah Mada menjelaskan bahwa bayi dan anak-anak di bawah 10 tahun sangat rentan terhadap DBD. Faktor-faktor seperti sistem kekebalan tubuh yang belum sempurna dan paparan di lingkungan sekolah dan rumah menjadi penyebab utama peningkatan kasus. Pencegahan dengan mengutamakan kontrol vektor dan pengendalian nyamuk penular menjadi kunci dalam mengatasi DBD.
Penting bagi masyarakat untuk mengenal gejala DBD, seperti sakit perut hebat, muntah terus-menerus, perdarahan pada gusi atau kulit, dan tubuh yang lemas. Diagnosis dini sangat penting agar penanganan dapat dilakukan dengan cepat dan efektif. Selain itu, vaksin dengue kini telah tersedia di rumah sakit dan klinik swasta, meskipun belum masuk dalam program vaksinasi nasional. Vaksin ini sangat direkomendasikan, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah endemis.
Kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan, melakukan PSN, vaksinasi, dan edukasi menjadi langkah penting dalam mencegah penyebaran DBD. Semua pihak, mulai dari individu hingga pemerintah, perlu berperan aktif dalam mengatasi masalah kesehatan ini. Infeksi dengue memang masih menjadi isu kesehatan global yang serius, namun dengan kerjasama dan kesadaran bersama, kita dapat mencegah penyebarannya.







